14.7.11


A. MACAM MANFAAT JATI BELANDA

Dulu banyak orang percaya “gemuk itu lambang kemakmuran”. Namun, setelah terbukti obesitas (kegemukan) potensial mengundang beragam penyakit, banyak orang gemuk beralih ingin langsing. Segala cara dihalalkan, yang penting kurus. Alhasil, badan belum langsing, kepala sudah pusing tujuh keliling. Pusing karena masih gendut dan pusing lantaran banyak duit terkuras.

Obesitas memang susah ditolak kedatangannya. Bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi, biasanya otomatis membuat berat badan melambung tak terkendali. Obesitas sendiri merujuk pada situasi kelebihan berat badan, akibat penumpukan lemak pada jaringan tubuh sudah melebihi.


Kegemukan membuat tubuh cepat lelah jika dibawa bekerja keras, debar jantung lebih kencang, serta pernapasan terganggu. Terlalu gemuk juga kadang menjadi pemicu munculnya penyakit kelas berat, seperti diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit jantung. Namun, di samping alasan kesehatan, kadang ada juga yang berkeras menurunkan bobot badannya lantaran dilandasi problem psikologis. Misalnya untuk menambah kepercayaan diri.

Ada beberapa cara konvensional untuk mengatasi kegemukan, seperti banyak melakukan olahraga, mengatur pola makan, hidup teratur, atau dengan menggunakan “alat bantu” semisal slimming tea, metode pengobatan akupuntur, sampai pemakaian obat modern yang mengandung bahan kimia. Namun, cara-cara di atas tidak semuanya aman. Tak jarang malah menimbulkan efek sampingan cukup mengganggu.

Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, merupakan negara yang sangat potensial dalam bahan baku obat. Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sudah sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat kita. Biasanya, selain untuk pengobatan juga dimanfaatkan sebagai pencegahan dan pemulihan stamina serta kosmetika.

Selain cara-cara di atas, ada cara mencapai langsing lainnya yang kecil kemungkinannya bikin pusing. Yakni dengan memanfaatkan tanaman obat.

Cara ini belakangan banyak dipilih orang, lantaran dianggap lebih aman, tidak mempunyai efek sampingan, bahannya mudah didapat, dan yang paling penting: tak bikin isi kantung ludes. Tidak harus belanja ke toko atau apotik lagi!

Secara empiris, beberapa tanaman obat yang pernah digunakan untuk menurunkan bobot badan, antara lain buah matang mengkudu (Morinda citrifolia), buah matang nanas (Ananas comosus), daun jati belanda (Guazuma ulmifolia), buah delima (Punica granatum), rimpang temu giring (Curcuma heyneana), rimpang bangle (Zingiber purpureum).

Saat ini, salah satu obat tradisional pengurus yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah jamu galian singset. Dari ramuan jamu galian singset itu, ditemukan bahwa daun jati belanda merupakan komponen yang selalu ada. Pohon jati belanda berasal dari daerah tropis di benua Amerika, konon dibawa ke Pulau Jawa oleh orang Portugis. Jati belanda biasanya ditanam sebagai pohon peneduh di sepanjang jalan, meski di banyak tempat, dia juga tumbuh sebagai tanaman liar.

Daun jati belanda dapat mengurangi pembentukan lemak, menguruskan dan merampingkan badan. Buahnya bisa juga dimanfaatkan untuk obat diare dan batuk, sedangkan kulit batangnya cocok untuk tonikum, serta obat penyakit lepra dan herpes.

B. CARA MERAMU DAUN JATI BELANDA
Adalah Guazuma ulmifolia Lamk atau yang dikenal di Indonesia dengan nama jati belanda, merupakan tanaman yang tumbuh baik di iklim tropis seperti negara kita ini. Tanaman dari kelas Dicotyledonae ini termasuk dalam famili Sterculiaceae, dan diduga berasal dari negara Amerika yang beriklim tropis. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 mdpl. Jati belanda biasanya ditanam sebagai pohon peneduh, tanaman pekarangan atau tumbuh liar begitu saja.

Jati belanda atau jati londo dalam bahasa Jawa, dan dikenal dengan nama bastard cadar dalam bahasa Inggris, merupakan pohon yang berbatang keras bercabang, berkayu bulat dengan permukaan batang yang kasar, dan berwarna coklat kehijauan. Daunnya berbentuk bulat telur berwarna hijau dengan pinggiran bergerigi, permukaan kasar, ujung rucing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip berseling, dan berukuran panjang 10-16 cm serta lebar 3-6 cm. Bunganya, berwarna kuning, berbau wangi serta memiliki titik merah di bagian tengah, berbentuk mayang dan muncul di ketiak daun. Buah dari tanaman ini berbentuk bulat, keras, memiliki lima ruang, permukaan tidak rata berwarna hijau ketika muda dan berubah menjadi cokelat kehitaman setelah tua.

Tanaman ini biasanya diperbanyak dengan biji, cara memperbanyak dengan cangkok masih sulit dilakukan dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Ditambah lagi, cara setek dengan perlakuan khusus sekalipun belum banyak membantu. Daun Jati belanda akan siap dipanen ketika pohon sudah berumur 2-3 tahun dan akan berbuah setelah berumur kurang lebih 5-6 tahun.

Daun, buah, biji, dan kulit kayu bagian dalam merupakan bagian tanaman yang bisa dipergunakan sebagai obat. Dewasa ini daun jati Belanda juga dapat digunakan sebagai obat elephantiasis atau penyakit kaki gajah. Gejala khas yang timbul dari penyakit ini adalah adanya pembengkakan yang sangat besar pada jaringan – jaringan pengikat dan pembuluh getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas sejenis cacing yang menyumbat aliran getah bening.

Untuk mengobati kaki gajah, daun yang akan digunakan sebagai ramuan dipilih daun yang segar dan berwarna hijau tua. Daun diambil secukupnya, dikeringkan dengan cara diangin – anginkan, tetapi harus dihindarkan dari cahaya matahari langsung karena dapat mengubah warna daun menjadi cokelat kehitaman. Pengeringan yang tidak benar akan mengurangi khasiat zat aktif yang dikandungnya.

Selanjutnya, daun yang sudah kering digiling sampai menjadi serbuk. Serbuk diambil kira – kira sebanyak 20 gram serbuk, kemudian seduh dengan air panas, disaring, dan air saringannya diminum sehari 2 kali. Selain itu, untuk menambah efek farmakologi dari ramuan ini, bisa juga dengan cara menambahkan rimpang bangle atau panglai (bahasa Sunda). Caranya, ambil tujuh lembar daun jati belanda dan sebesar jari rimpang bangle. Bahan – bahan dicuci hingga bersih kemudian direbus dengan satu setengah gelas air hingga tersisa kira – kira satu gelas lagi. Setelah dingin disaring, dan dibagi menjadi 2 untuk diminum pagi dan sore hari.

Harus diakui, bahwa cara kerja dan efek farmakologi dari daun jati belanda sebagai obat kaki gajah belum diteliti secara nyata. Namun, tidak ada salahnya apabila kita mencoba menggunakan tanaman ini sebagai salah satu pengobatan alternatif dalam mengatasi penyakit kaki gajah.

Namun cara meramu untuk penurunan lemak pada tubuh yakni dengan mengambil 7 lembar daun jati belanda kemudian rebus dalam air mendidih. Setelah air berubah warna, angkat dan saringlah air tersebut hingga bersih dari serat-serat daun yang ada. Kemudian tuangkan ke dalam gelas dan minumlah selagi hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar